HYIPB Bagus

Earngroups.com
CommoditiesCapital

AYO IKUTAN BISNIS DAPAT DOLAR

readbud - get paid to read and rate articles

BURUAN GABUNG

Friday, January 18, 2008

“Bulan Menangis"

Banyak kisah yang menunujukkan betapa para shalihin lebih sering menangis daripada tertawa. Bagaimana dengan kita sendiri?

Oleh: Andi Sri Suriati Amal

Hidayatullah.com--Andai kalian mengetahui apa yang kuketahui niscaya kalian akan lebih sering menangis daripada tertawa. Sabda baginda Rasulullah saw kepada umatnya. Tangis dan tawa merupakan indikasi ilmu, penyata sejauh mana kita memahami hakekat hidup di alam yang fana ini.

Tapi sayangnya kebanyakan manusia lebih suka tertawa daripada menangis. Lebih menyukai guyon dan lawak ketimbang petuah dan nasehat. Karenanya bisnis tawa menjanjikan keuntungan besar. Grup-grup lawak digemari khalayak. Pentas parodi diminati pemirsa. Buku-buku dan majalah humor laku keras. Yang bosan hidup boleh memilih mau “mati ketawa” gaya Madura atau cara Russia.

Alasannya bahwa tertawa itu dapat mengenyahkan stress dan mengusir penyakit. Konon tertawa selama 5-10 menit saja sudah merangsang keluarnya endorphin, serotin plus melatonin, dua zat kimia positif yang menimbulkan rasa tenteram dan nyaman. Tertawa sekaligus dipercaya mengurangi pengeluaran adrenalin, kortisol dan radikal bebas (zat kimia jahat). Selain itu, tertawa juga bisa menurunkan tekanan darah dan detak jantung, mengurangi kadar kolesterol jahat. Sistem immune dirangsang dengan tertawa, yaitu salah satunya melalui sel antikanker yang akan memakan sel kanker dalam tubuh.

Sebaliknya, banyak orang enggan menangis, kecuali terpaksa. Mereka beranggapan menangis itu adalah perbuatan yang sia-sia, petanda lemah dan cengeng. Namun sebenarnya menangis itu tidak jelek dan terkadang perlu. Menangis merupakan salah satu cara untuk melampiaskan perasaan dan melegakan hati.

Bagi seorang Muslim, tangisan seorang hamba yang bertobat, minta ampun atas segala dosa karena merasa takut kepada Allah swt adalah terpuji. Yazid bin Maisarah ra pernah berkata bahwa orang menangis karena tujuh sebab. Pertama, karena gembira. Kedua, karena gila. Ketiga, karena sakit. Keempat, karena gentar. Kelima, karena menunjuk-nunjuk. Keenam, karena mabuk. Dan ketujuh, karena takut kepada Allah SWT. Beliau menambahkan bahwa tangisan yang akhir inilah yang bisa memadamkan lautan api walau hanya dengan setetes air mata saja.

Orang yang menangis karena Allah SWT termasuk tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan pada hari kiamat, ketika tidak ada perlindungan kecuali dariNya, kata Rasulullah saw. Mereka adalah seorang yang senantiasa menyebut - nyebut nama Allah dimasa lapang, lalu kelopak matanya digenangi air mata. Firman Allah dalam Al-Qur’an: “Dan hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.”

Menangis karena Allah bukanlah indikasi kerapuhan jiwa. Malah menandakan kepekaan hati, ketajaman jiwa dan kebeningan perasaan. Orang yang menangis dalam keadaan ini hanyalah orang-orang yang selalu berdzikir, senantiasa mengingat Allah dalam segala situasi dengan khusyu', serta selalu bertaqarrub dan bermunajat kepada Nya, sedang orang yang lalai tak mungkin bisa melakukan ini. Karena itu menangis merupakan kebiasaan dan akhlaq para nabi dan shalihin.

Banyak kisah yang menunujukkan betapa para shalihin lebih sering menangis daripada tertawa. Diriwayatkan bahwa Thabit Bunani rah mengalami sakit mata. Dokter berkata, “Matamu akan sembuh sekiranya engkau menunaikan satu janji, yaitu jangan menangis.” Jawab beliau, “Tidak ada sama sekali kebaikan pada mata yang tidak menangis.” Ka’ab al-Ahbar ra pula berkata, “Demi zat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, tangisanku karena takut akan Allah SWT sehingga air mata mengalir di pipiku lebih aku sukai dari pada aku bersedekah sebukit emas”.

Abu Bakar Siddiq ra diriwayatkan pernah berpesan: “Sesiapa yang bisa menangis maka hendaklah dia menangis dan sesiapa yang tidak sanggup menangis maka hendaklah dia buat-buat menangis.”

Di penghujung bulan suci Ramadhan ini adalah moment yang sangat tepat untuk menangis di hadapan Allah yang maha pengampun. Menangis lantaran dosa-dosa kita yang tak terbilang. Bukankah api neraka tidak akan menyentuh wajah yang padanya mengalir air mata tangis karena takut kepada Allah SWT?

Alangkah indahnya doa Rasulullah SAW: "Ya Allah anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis kerana takut kepada-Mu, sebelum datang masa dimana tak ada lagi air mata." Wallahu ‘alam.

Wednesday, January 16, 2008

Siapakah Al Ghurabaa?

Rasulullah (saw) besabda:
“Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing; dan akan kembali sebagai sesuatu yang asing. Beruntunglah bagi orang-orang yang terasing. “Para sahabat kemudian bertanya: ‘Siapa orang-orang asing Yaa Raslulullah?’ ‘Mereka adalah orang-orang yang mencegah yang munkar ketika orang-orang mulai melakukan kerusakan.’”
Tujuan kita yang paling akhir adalah meraih ridha Allah (swt) dan memasuki Jannah (dalam wujud burung-burung hijausebagaimana telah dijanjikan untuk para syuhada) hanya bisa terpenuhi ketika kita mencegah yang munkar dan tetap berdiri teguh pada jalan yang benar pada saat orang-orang benar-benar telah berbuat kerusakan. Dalam kehormatan dengan kisah yang sama, Imam Ahmad berkata: “Mereka (orang-orang yang terasing) adalah seseorang yang tinggi (iman-nya) ketika orang-orang menjadi kurang (iman-nya).
Dalam hadits yang sama yang di sampaikan oleh Abdullah bin Mas’ud (ra) Rasulullah (saw) ditanya:

Yaa Rasulullah siapa mereka (Al ghurabaa)?’ beliau (saw) menjawab: ‘an Nuzzaa’ min al Qabaa-il (orang-orang yang menarik dirinya dari kaumnya).’”
An Nuzzaa (orang-orang yang menarik dirinya) mempunyai dua arti:
  1. Orang-orang yang benar-benar menarik dirinya dari bangsa mereka, kebiasaan keluarga dan tradisinya.
  2. Orang-orang yang meninggalkan negeri mereka atau tempat tinggal mereka dengan tujuan melaksanakan jihad (berperang memerangi musuh Allah).
Rasulullah (saw) telah memuji An Nuzzaa sebagaimana mereka adalah orang-orang yang meninggalkan semua bentuk kerusakan, nesionalisme, pergaulan bebas, kebiasaan, tradisi dan sebagainya murni hanya untuk Allah semata, tidak pernah merasa takut dari kesalahan orang-orang yang salah. Mereka adalah orang-orang yang akan menjadi minoritas dan terasa sebagai orang-orang yang asing mereka tidak pernah kompromi mencintai Allah dan RasulNya (saw). An Nuzzaaadalah berasal dari kata an naza (menarik) dan digunakan untuk permasalahan pada saat ruh dicabut dari tubuh oleh malaikat kematian. An Nuzza adalah orang-orang yang berada dalam surga, yang telah mengorbankan bangsa mereka, karier, kebiasaan, dan kultur mereka. Kita melihat mereka secara teratur berangkat ke seberang kerajaan Allah (ber-hijrah), mencegah kemungkaran dan memerangi mereka orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.

Dalam riwayat Abdullah bin Amr bin Al Ash (ra) beliau (saw) berkata:
Ketika kami bersama mereka kemudian beliau berktaToobaa lil Ghurabaa (surga bagi Al Ghurabaa), kami bertanya: ‘siapa mereka?’ beliau (saw) menjawab: ‘mereka adalah orang-orang yang terbaik dan jumlahnya sangat sedikit di bandingkan dengan kebanyakan.” (Sahih uslim, Ibn Maajah, Musnad Imaam Ahmad, al-Bukhaari dan-Tirmidhi)

Nabi Muhammad (saw) juga berkata: “di dunia seperti orang asing atau orang-orang yang dilewati.” Siapa saja yang hidup dalam dunia ini sebagai seseorang yang di lewati akan menjadi ghariib (tunggal dari ghurabaa). Ghurabaamempunyai keimanan dan karekteristik yang khas; selalu melaksanakan apa yang Allah (swt) dan RasulNya perintahkan kepada mereka untuk dilaksanakan, juga menjauhi dari sesuatu yang terlarang.

Juga diriwayatkan dalam Tirmidzi dan Abu Dawud bahwa Rasulullah (saw) bersabda:
Akan datang di suatu masa ketika orang-orang memegang teguh Dien akan menjadi seperti memegang bara api di tangannya. Seseorang yang teguh berdiri akan mendapatkan pahala dari lima puluh orang.” Sahabat kemudian bertanya: ‘akankah mereka mendapatkan pahala lima puluh orang diantara kita atau diantara mereka?’ beliau (saw) menjawab: ‘mereka mendapatkan pahala lima puluh orang dari kalian.’”

Para Shahabat rasulullah (saw) tidak berhadapan dengan permasalahan yang kita hadapi pada saat ini, seperti membuktikan sebuah hadits itu shahih, sebagaimana mereka bisa bertanya langsung kepada beliau (saw). Tidak juga mereka mempunyai masalah dari beberapa ulamaasebagaimana mereka mempunyai Nabi (saw) untuk mengajari mereka Dien. Dengan pasti untuk mengikuti Nabi Muhammad (saw) tanpa melihatnya, jarak (waktu) yang begitu jauh, lebih sulit daripada mereka para sahabat yang telah bersama Rasulullah, dimana para Shahabat mempunyai kesempatan untuk belajar dari beliau secara langsung. Selanjutnya kita bisa mendapatkan lebih banyak pahala dari yang seharusnya karena kita berhadapan dengan kesulitan yaitu kita tidak bersama Rasulullah (saw).

Jadi Siapa Al-Ghurabaa?

Al Ghurabaa adalah orang-orang yang taat pada Allah (swt) semata, mengikuti Syari’ah dalam setiap aspek kehidupan. Mereka menyembah, menaati dan mengikuti tidak lain karena Allah, juga tidak berkaitan apakah dia laki-laki atau wanita atu benda padaNya. Mereka adalah contoh untuk mengikuti Rasulullah (saw) dan para Shahabatnya (ra). Tauhid adalah karakteristik mereka sebagaimana mereka memberikan ibdah mereka tiada lain hanyalah Allah semata:

Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al An’am 6 : 162)

Mereka jauh dari mayoritas, bertindak sesuai dengan apa yang telah Allah informasikan kepada manusia:

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS Al An’am 6 : 116)

Ghurabaa yang benar tidak pernah melakukan kerusakan, kultur atau tradisi yang batil (cara kebanyakan orang yang salah sebelumnya kehidupan yang rusak). Ghurabaa membenci semua apa yang mereka lakukan sebelumnya dan segala bentuk ke-jahil-an mereka berada diseberangnya, lebih lanjut, kita tidak akan melihat mereka melaksakan pemungutan suara untuk hukum buatan manusia, menyeru kepada kebebasan, sekulerisme, demokrasi, bersumpah setia pada presiden atau melakukan bentuk ke-kufur-an atau ke-syirik-an.

Tuesday, January 15, 2008

Bulan Pernah Terbelah ?

Benarkah peristiwa menakjubkan 14 abad yabg lalu saat Rasulullah dengan izin Allah membelah bulan?. Apapun yang datang dari Allah dan Rasulnya masuk akal atau tidak maka tiada pilihan untuk menolaknya. Karena sebuah penolakan adalah sbuah jawaban sedekat apa Iman kita pada kebenaran itu?. Untaian Risalah berikut smoga bisa menambah keyakinan kita akan sebuah kebenaran,... kebenaran yang mutlak dari-Nya.

Allah berfirman: "Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah (Q.S. Al-Qamar: 1)" Apakah kalian akan membenarkan kisah yang dari ayat Al-Qur'an ini menyebabkan masuk Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris ??Di bawah ini adalah kisahnya:
Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ?

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut:
Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an. Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi [Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah] mengandung mukjizat secara ilmiah ? Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjagkaunya.

Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta'alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu.

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan ? Mereka menjawab: Coba belah bulan, .."

Maka Rasulullah pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah agar menolongnya. Maka Allah memberitahu Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Maka Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulat itu dengan sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!" Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Maka mereka pun pada menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Maka orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?"Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dansaling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!!!"

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya:

Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap ....sampai akhir surat Al-Qamar.

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan??"

Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: Dipersilahkan dengan senang hati."
Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah...

Maka aku pun bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah Yang Maha Tahu tentang tingkat keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran. Maka aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi diantara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS.

Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang dana yang begitu besardalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan. Presenter pun berkata, " Andai dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak berguna". Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, "Proyek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik segi kedokteran, industri, dan pertanian. Jadi pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia-sia, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia.

Dan diantara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget danberkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?" Mereka pun menjawab, "Tidak, ..!!! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun. Maka presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya. Mereka menjawab,

"Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!! Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akanhal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali".

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, "Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin !!!! Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah ... Maka aku pun berguman, "Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar, dan ... saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.

Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq

Dalam Genggaman Cintamu Ibu

Genggaman Cinta mu

Ibu....Dalam genggaman cintamu
Dulu aku masih dalam buaian cintamu
Dulu kau memblaiku dengan sayang
Dulu kau memelukku dngan kehangatan
Dulu kau lindungi aku dari segala bahaya
Dulu kau selalu membawaku kemanapun kau pergi

Dan...kini aku telah dewasa
Yang selalu memikirkan diriku sendiri
Yang selalu pergi kemanapun yang aku suka tanpa mu
Yang selalu melakukan tindakan tanpa izinmu
Yang merasa tidak serasi berjlan dngan mu
Ibu...Aku tahu hatimu terluka
Saat aku berkata kasar padamu
Saat tingkahku tak sesuai dengan ajaranmu
Saat ku tak lagi menuruti nasihatmu
Saat ku tak lagi perduli dengan mu

Ibu...
Maafkanlah aku
Yang jarang mengingat buaian mu
Yang lupa akan kasih sayang mu
Yang selalu sok tahu dan sok pintar akan hidupku
Keluh ku kau dengarkan, tapi tangismu ku hiraukan

Ibu...
Maafkan aku
Yang tak begitu memperhatikan kesehatanku
Yang tak memperdulikan berapa kerutan diwajah mu
Yang yak merasakan tangis dan ceria mu
yang tak pernah memberikan kebanggaan padamu

kini aku hanya bisa menyesali dan berdoa untuk mu
Saat hujan tak lagi menyapa mu
Saat butiran-butiran pasir mulai membentuk gundukan
Hingga hanya nisanmu yang basah dan menguning

Wednesday, January 2, 2008

Wanita Dalam Dakwah

Mulai dari awal, sejarah mencatat bahwa wanita memainkan peranan penting dalam tersebarnya kebenaran mendasar dari dakwah Islam. Dari pengorbanan Sumayyah r.a. yang diceritakan dalam hadits-hadits dari Aisyah r.a., wanitalah yang menolong kemajuan dan penyebaran agama Islam. Allah swt. juga meninggikan status dari dai dan memuji mereka dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru kepada Allah?” (QS. Fushilat ( 41) : 33).

Dakwah kepada agama Allah swt. adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim dalam segala usia dan dalam waktu yang kita punyai, dakwah ini adalah penting dalam memberantas kejahatan-kejahatan serangan musuh-musuh Allah swt. yang sedang bertarung (dengan kita), dengan cara menggerakkan kembali pentingnya dakwah di hati kaum muslimin. Allah swt. tidak membatasi dakwah hanya kepada laki-laki saja tetapi menunjuk kepada seluruh umat Muhammad saw. ketika Allah swt. berfirman:

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An-Nahl (16) : 125).

Oleh karena itu wanita justru sama seperti laki-laki (dalam hal dakwah) yang seharusnya juga menyeru kepada (agama) Allah swt. dan memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah keburukan dengan jalan dan tata cara yang telah ditunjuk oleh syara. Pada masa Rasulullah Muhammad saw., wanita mengambil peranannya sebagai da’iyah yang serius. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id r.a. bahwa wanita pernah mendatangi Rasulullah saw. dan mengatakan,

” Kaum laki-laki telah membuat Anda sibuk dan kita tidak memperoleh perhatian yang cukup dari Anda, sudikah Anda mengkhususkan sebuah hari untuk kita?” Beliau saw. kemudian menjanjikan kepada mereka sebuah hari khusus untuk pertemuan dengan mereka dan mengajar mereka. (HR.Al-Bukhari)

Lebih lanjut Rasulullah saw. menegur orang-orang dengan mengatakan,”

Siapakah yang hadir di sini yang telah menyampaikan apa yang dia dengar kepada orang lain dan siapakah yang tidak hadir?” (HR. Bukhari)

Ini mengindikasikan bahwa sebaiknya melakukan pengajaran terhadap wanita (karena wanita tidak ikut dalam majelis tersebut), beliau memerintahkan kepada mereka untuk menyebarkan apa yang dia dengar.

Kita perhatikan fakta bahwa sejarah yang nyata telah memberikan kesaksian atas adanya para wanita yang memainkan peranan yang besar dalam menyampaikan Dinul Islam. Sumayyah r.a. memberikan hidupnya ketika Abu Jahal membunuhnya karena ia memeluk Islam. Dia adalah muslim pertama dari wanita yang syahid demi untuk agamanya. Khodijah r.a., istri pertama Muhammad saw. yang sangat kaya, telah membelanjakan seluruh uangnya untuk mendukung dakwah. Ummu Salamah r.a. rela meninggalkan suaminya dan melihat anak-anaknya dianiaya ketika dia hijrah. Ummu Imarah r.a. berperang mempertahankan Rasulullah saw. dalam perang Uhud.

Seseorang harus memahami penekanan akan kewajiban ini dan berbuat sebagaimana Rasulullah telah mencontohkannya bahwa Rasulullah saw. memerintahkan untuk menyampaikan Islam dan tidak tinggal diam serta pasif, sebagaimana Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam “Al-Kitab”, mereka itu dilaknati Allah…” (QS. Al Baqarah( 2) : 159).

Wallahu’alam bis showab!